Tuesday, December 18, 2018

KARYA ILMIAH UJIAN KENAIKAN PANGKAT PNS S1


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
 
Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika juga merupakan ilmu dasar (basic science), yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan dalam kehidupan sehari kita tak akan pernah terlepas dari matematika.
Sementara itu apabila kita melihat dilapangan pada kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminanti oleh siswa karena menurut mereka matematika  merupakan mata pelajaran sulit  sehingga minat mereka terhadap pelajaran ini sangat rendah sehingga penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat kurang.

B.            Identifikasi masalah
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal tidak bisa terlepas dari sarana dan prasarana diantanya adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal dan disekolah juga banyak dikembangkan disiplin ilmu guna untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Berhasil atau tidaknya suatu sekolah menciptakan manusia yang handal dapat dilihat dari mutu pembelajaran, adapaun mutu pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi dalam artian secara umum siswa mencapai standar ketuntasan  minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.  Setelah penulis melihat kegiatan pembelajaran Matematika di SDN 003 Sukaramai Tahun pelajaran 2018/2019 ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari gejala yang terjadi dilapangan. Masih ditemukannya berbagai masalah dalam interaksi pembelajaran, diantaranya disiplin belajar, minat belajar dan semua itu pasti berdampak terhadap hasil belajar siswa yang  mana pada saat ini masih kurang memuaskan. Dalam kegiatan  pembelajaran Matematika kelas V di SDN 003 Sukaramai masih sering ditemukan siswa yang rebut, bercerita dengan teman sebangku pada saat proses pembelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas yang diberikan Guru, baik pada saat proses kegiatan belajar mengajar maupun tugas yang dikerjakan dirumah (PR),  dan tak jarang pula siswa mencontek pekerjaan temannya yang keseuanya itu mengakibatkan rendahnaya tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kelas V SDN 003 Sukaramai dibawah rata-rata target ketercapaian. Masih ada sekitar 50 % siswa yang hasil belajarnya masih di bawah KKM yang diterapkan yaitu 65.

C.           Pembatasan masalah

Karena luasnya permasalahan oleh sebab itu penulis membatasi hanya pada peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai tahun pelajaran 2018/2019.

D.           Defenisi Istilah

1.      Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukidin, dkk, (2010:19-21) PTK dapat berjalan dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menggunakan 6 prinsip sebagai berikut:
a.         Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b.        Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c.         Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakannya.
d.        Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru yang seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya.
e.         Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksaan PTK sejauh mungkin digunakan Classroom exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perpektif misi sekolah secara keseluruhan.

2.                  Hakikat Belajar
1.      Pengerian Belajar
Sebelum mengemukan pendapat para ahli  modern penulis terlebih dahulu ingin memaparkan pengertian belajar menurut teori lama dimana teori lama ini adalah dasar para ahli modern mengambil defenisi, adapun yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan pendapat modern mengatakan bahwa seseorang telah belajar sesuatu kalau padanya telah terjadi perubahan tertentu. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena seseorang itu telah belajar. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Dengan kata lain seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktifitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah manifestasinya yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku 
Definisi belajar menurut Muhinbisah (2003: 89) adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Menurut WJS. Purwerwadarmita (dalam Herlina) dalam kamus bahasa indonesia (2005:15) belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Setelah menganalisa pendapat para ahli diatas maka penulis mengimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau aktivitas pikiran dan perbuatan yang dilaksanakan secara terencana dan menghasilkan perubahan terhadap sifat individu.

2.      Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a.       Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b.      Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.       Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
d.       Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
e.       Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
.

3.                              Hakikat Matematika
Apabila kita tinjau dari segi bahasa, asal mula kata matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yang mengandung arti belajar (berpikir), kutipan dari Suherman, (2003:15).
Beberapa pengertian matematika yang didefinisikan oleh para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, pada hakekatnya prinsip dan tujuannya sama.
Menurut James (Suherman , 2003:16) matematika adalah:
”Ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, analisis dan geometri
Jonson dan Myclebust (Ilhamuddin, 2000:7) mengemukakan matematika adalah: Simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir
Johnson dan Rising (Suherman,2003:17) dalam bukunya menyatakan bahwa:
”Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembentukan yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan secara cermat, akurat dan jelas, representasinya dengan simbol dan padat lelah berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi
Menurut Hudoyo ( Ilhamuddin, 2007:6 ) memberikan batasan tentang pengertian matematika sebagai berikut:
            “Matematika adalah ilmu mengenai simbol-simbol dan hubungannya. Dan simbol-simbol penting untuk memanipulasi aturan-aturan  dengan operasi yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membuat konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Jadi kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut dengan kata lain ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan.

4.                  Pembelajaran Kooperatif
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Slavin (Isjoni, 2011:15)  In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwacooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran kooperatif sangat penting untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam belajar. Telah diketahui bahwa para siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Perbedaan ituah yang menyebabkan siswa bisa saling mencerdaskan. Hal ini berarti sumber bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Siswa merupakan makhluk individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Karena sifat individual itulah maka siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Para siswa harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi  dengan sesamanya. Hal ini berarti melalui pembelajaran kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
1.           Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
a.       Kesamaan tujuan
b.      Ketergantungan positif
2.           Manfaat Belajar Kooperatif
Pada kesempatan ini penulis juga menjabarkan manfaat dari belajar kooperatif adapun manfaat dari belajar kooperatif antara lain :
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Menumbuhkan sifat sosial dalam diri siswa
c.       Meningkatkan hubungan antara kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
d.      Meningkatkan rasa percaya diri, motifasi belajar, membina sifat kebersamaan, peduli kepada sesama, tenggang rasa, mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.
e.       Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berpikir.
f.       Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan .
g.      Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
h.      Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
3.           Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Namun demikian pembelajaran kooperatif tidaklah sistem pembelajran yang sempurna, pembelajaran kooperatif tetap memiliki keterbatasan adapun keterbatasan pembelajaran kooperatif yaitu :
a.       Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untu bekerja dalam tim.
b.      Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim.
c.       Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.      Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
e.       Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperati.
4.           Peran Guru Dalam Pembelajran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif juga tidak terlepas dari peranan seorang guru,  adapun peranan guru dalam pembelajaran secara kooperatif adalah:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran
b.      Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar
c.       Menentukan tempat duduk siswa
d.      Merancang bahan atau meningkatkan saling ketergantungan positif
e.       Menentukan peran siswa atau menunjang salng ketergantungan positif
f.       Menjelaskan tugas akademik
g.      Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan atau keharusan bekerja sama
h.      Menyusun kerja sama kelompok
i.        Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan
j.        Menyusun akuntabilitas kelompok
k.      Memantau perilaku siswa
l.        Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas
m.    Melakukan intervensi atau mengajarkan keterampilan bekerja sama
n.      Menutup pelajaran
o.      Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar
p.      Menilai kualitas bekerja sama antar anggota kelompok

Ibrahim M. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Ibrahim M, 2000:10)
Face
Tingkah Laku Guru
Face 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Face 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi pada siswa dengan metode ceramah.
Face 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Face 4
Membimbing kelompok dalam bekerjasama dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Face 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Face 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.



5.                  Tipe STAD
Diantara metode pembelajaran kooperatif yang ada metode pembelajaran  kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin beserta teman-temannya di Universitas John Hopkins merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.  Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang hanya beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku, memilki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.  Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.  Pembelajaran kooperatif tipe STAD   merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik.
            Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam Pembelajaran kooperatif tipe STAD, adapun tahapan terbut adalah tahap persiapan, presentasi kelas kegiatan kelompok, tes dan penghargaan.  Untuk lebih jelasnya akan diuaraikan sebagai berikut:
1.         Persiapan
     Sebelum kita memulai kegiatan terlebih dahulu kita melewati tahap persiapan, adapun hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini adalah materi pelajaran, membagi kedalam kelompok kooperatif, menentukan sifat dasar siswa bekerja dalam kelompok dan menentukan jadwal kegiatan.  STAD terdiri dari siklus kegiatan pembelajaran yaitu mengajar, belajar dalam kelompok , tes dan penghargaan kelompok. Sebelum menyajikan pembelajran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan dipelajari dalam kelompok kooperatif.  Dalam menentukan kelompok kooperatif ada tiga yang dilakukan yakni merangking siswa berdasarkan prestasi akademik di kelas, menentukan jumlah kelompok dan membagi siswa dalam kelompok.
2.         Presentasi Kelas
     Kegiatan pembelajaran tipe STAD dimulai dengan pendahuluan, menjelaskan materi dan latihan terbimbing.  Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, dan dijelaskan mengapa hal itu penting dipelajari.
3.         Kegiatan Kelompok
       Pada hari pertama kerja kelompok STAD, sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud kerja dalam kelompok dan sebelum memulai tetapkan peraturan dalam kelompok kooperatif.  Kegiatan ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
·         Membagi LKS dan materi pelajaran pada setiap kelompok,
·         Meminta anggota kelompok kooperatif bekerja sama,
·         Apabila ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal itu, teman satu kelompoknya ikut  bertanggung jawab.
·         Memberi penekanan pada siswa bahwa mereka tidak boleh mengahiri kegiatan belajar mengajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok mereka dapat menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan.
·         Memastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar bukan hanya diisi atau dikumpulkan.
·         Apabila siswa memiliki pertanyaan, guru meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan itu pada rekan satu kelompoknya sebelum mengajukan pada guru.
·         Pada saat siswa selesai bekerja dalam kelompok, guru hendaknya berkeliling dalam kelas dan memberikan pujian pada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara bergantian, duduk bersama  kelompok untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelommpok itu bekerja.
4.      Tes
                        Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes sekitar satu jam pelajaran.  Tes dikerjakan secara individu dan skor yang diperoleh siswa akan turut menyumbangkan skor kelompok.
5.      Penghargaan Kelompok
                 Setelah tes dilakukan, segera dihitung skor perkembangan individu dan skor kelompok dan kemudian menyerahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok skor tinggi.  Hal  ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa untuk melakukan yang terbaik.
            Menurut Slavin, menentukan skor perkembangan individu mengacu pada aturan sebagai berikut:

Kriteria
Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
0 poin
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar
10 poin
Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
30 poin
Pekerjaan sempurna (tampa memperhatikan skor dasar)
30 poin

Skor perkembangan individu akan menyumbangkan skor perkembangan kelompok.  Bredasarkan skor perkembangan kelompok akan diberikan penghargaan terhadap kelompok dengan 3 kategori tingkatan penghargaan yaitu:
a.       Jika 15 ˂ skor perkembangan kelompok ˂ maka dikategorikan kelompok baik,
b.      Jika 20 ≤ skor perkembangan kelompok ˂ 25 maka dikategorikan kelompok hebat,
c.       Jika skor perkembangan kelompok ≥ 25 maka dikategorikan kelompok super.
(Ndolili, 2008:15)






BAB II
GAMBARAN KEADAAN

A.                     Keadaan Sekarang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 10 orang, selanjutnya siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 15 orang, siswa bekerja teliti dan rapi berjumlah 5 orang, dan siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 20 orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.


B.                     Gambaran Keadaan Yang Diinginkan
Dengan diadakan perbaikan pembelajaran ini diharapkan seluruh siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu, menunjukkan sikap gigih, percaya diri, bekerja teliti dan rapi, berpikir kritis dan semua siswa menyelesaikan LKS. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan hendaknya melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan terlaksana dengan baik. Atau dengan kata lain semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memperoleh nilai individu diatas KKM yang telah ditentukan yakni 65.




BAB III
ANALISI DAN PEMECAHAN MASALAH

A.                Analisis Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 10 orang, selanjutnya siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 15 orang, siswa bekerja teliti dan rapi berjumlah 5 orang, dan siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 20 orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.

B.                Alternatif Penyelesaian Masalah

a.       persiapan
Dengan melihat hasil refleksi yang dilakukan pada kegiatan sebelumnya maka peneliti  merencanakan tindakan perbaikan untuk diterapkan pada pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP perbaikan, menyusun lembar pengamatan siswa dan guru dan menyusun kisi-kisi UH.

b.      Pelaksanaan
pada hari Senin tanggal 12 November  2018
a)             Kegiatan awal siswa mengucapkan salam, berdoa bersama, Guru menabsen siswa, pada pertemuan ketiga ini semua siswa hadir yaitu sebanyak 32 orang. setelah mengabsen siswa guru memberikan pertanyaan sebagai bentuk apersepsi, semua siswa berusaha untuk menjawab. kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b)             Kegiatan inti, guru menjelaskan sekilas tentang materi yang akan dipelajari serta memberi informasi tentang kegiatan  yang akan dilakukan siswa. guru menkondisikan siswa menjadi enam kelompok. kemudian memberikan LKS dan memberikan tugas supaya siswa mendiskusikan serta mempresentasikan hasil diskusi tersebut ke depan kelas. kelompok lain diminta ntuk memberikan tanggapan. guru membimbing jalannya presentasi dan memberikan penguatan atas jawaban siswa.
c)             Kegiatan penutup, untuk menguji pemahaman siswa guru memberikan evaluasi pribadi yaitu mengerjakan LKS. akhirnya guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan.kemudian guru memberikan tugas rumah atau PR.
c.       Pengamatan
Hasil pengamatan pada kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru menunjukkan rasa ingin tahu, gigih, teliti dan mengerjakan LKS   100 %.
Untuk aktivitas guru sudah mencapai nilai maksimal ditandai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan metode kooperatif tipe STAD pada Matematika kelas V. Hal ini di buktikan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 36 Orang dengan persentase 100 %, Dengan keberhasilan guru dalam mencapai ketuntasan belajar klasikal 100 %.







BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A.                Simpulan
Setelah memperhatikan dan menganalisis nilai evaluasi maka perbaikan pembelajaran yang telah peneliti dilaksanakan  dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan operasi perkalian dan pembagian pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai tahun pelajaran 2018/2019 karena nilai akhir pada penelitain ini mendapat persentase diatas 95 %.  .

B.                 Saran tindak lanjut
            Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada penelitian peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya  majelis guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak monoton dalam proses belajar mengajar.     












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Muchtar, dkk. (2011). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anggoro M. Toha, dkk. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah W. Sri, dkk. (2010). Strategi Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot, dkk. (2012). Pembelajaran matematika SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Satori Djam’an,dkk. (2012). Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Suryanto Adi, dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri Mulyani. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Takari Enjah. (2008). Penelitian tindakan kelas. Bandung : Genesindo.
Taufik A, Hera, L, Mikasa, Puji, L, Prianto. (2014). Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
 Tim FKIP. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2014). Teknik menulis karya Ilmiah. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.


No comments:

Post a Comment