Sunday, August 12, 2018

KARYA ILMIAH UJIAN PENYESUAIN IJAZAH S 1 GURU SEKOLAH DASAR


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
 
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) merupakan  mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri dari sosial dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia .
Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan secarah utuh dan sistematis. Disini anak dapat mengembangkan bakat,minat serta potensi yang dimilikinya. Sekolah Dasar adalah sekolah yang lebih mengutamakan pembelajaran dasar dalam perubahan yang positif pada diri peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Pendidikan SD merupakan pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Maka pendidikan SD sangat penting bagi anak karena apa yang didapat pada pendidikan SD ini dapat berpengaruh pada pendidikan selanjutnya.
Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) diperlukan strategi khusus agar setiap konsep yang dibahas  dapat dimengerti atau difahami siswa. Pada kenyataan beberapa konsep IPS kurang dipahami siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil nilai belajar siswa kelas V SDN 004 Talang Danto Kecamatan Tapung Hulu. Hal ini terlihat dari penguasaan materi  IPS pada pelajaran sebelumnya nilai rata-rata yang diperoleh 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65.
Agar siswa lebih aktif, tertarik dan mudah memahami pelajaran IPS,penulis merasa perlu melakukan Penelitian, yaitu melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Metode Tanya Jawab. Dengan menggunakan metode Tanya Jawab ini diharapkan siswa lebih akan lebih aktif, tertarik dan lebih mudah memahami pelajaran IPS terutama pokok bahasan Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia sehingga dapat meninngkatkan hasil belajar nya. Karena  Metode Tanya Jawab adalah adalah suatu tekhnik untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan siswa menjawab’’ (Menurut Roestiyah N.K (2002), maka metode ini dirasa lebih menarik.


B.            Identifikasi masalah
Rendahnya hasil belajar tersebut salah satunya dimungkinksn oleh penyampaian materi ajar yang kurang menarik, tidak menggunakan alat peraga atau media, serta pertanyaan yang diberikan oleh guru, sulit dimengerti oleh siswa. Ini dikarena guru belum tepat dalam memilih atau menggunakan metode pembelajaran.
Agar siswa lebih aktif, tertarik dan mudah memahami IPS penulis merasa perlu melakukan penelitian, yaitu melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan menerapkan metode tanya jawab. Dengan menggunakan metode Tanya jawab ini diharapkan siswa akan lebih aktif, tertarik dan lebih mudah dalam memahami IPS terutama pokok bahasan Alam Indonesia dapat meningkatkan hasil belajarnya. Metode tanya jawab adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan “ (Muhibbin Syah, 2000:22), maka metode ini dirasa lebih menarik.
Kemantapan kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran bukan merupakan tujuan akhir dari profesionalisme guru. Yang terpenting adalah tercapainya keberhasilan siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan. Hal ini dapat ditandai dengan terkuasainya materi pelajaran oleh siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh (Slameto, 2003) “guru sebagai pengajar yang memberikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa, mempunyai peran sebagai motivator, fasilitator, dan sebagai pembimbing dalam mencapai kemajuan siswa dalam belajar”.

C.           Pembatasan masalah

Karena luasnya permasalahan oleh sebab itu penuli membatasi hanya pada peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 004 Talang Danto tahun pelajaran 2018/2019.

D.           Defenisi Istilah

1.    Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Hasil balajar ( modul evaluasi pelajaran, 2002  ) merupakan alat ukur yang mampu menentukan kemampuan seseorang setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Materi yang diberikan tidak hanya mengenai apa yang diperoleh dari guru tetapi juga mengenai hal-hal yang diberikan, dilatihkan dan didiskusikan dengan guru tetapi semua aspek pembentukan watak peserta didik dengan kata lain termasuk materi yang dipelajari dari lingkungan yang terkait dengan pembelajaran dari guru.
Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam melaksanakan rangkaian aktivitas belajar pendapat Djamarah dan Aswan (2006), bahwa suatu pengajaran dinyatakan berhasil jika tujuan instruksional khususnya dapat tercapai.
DEPDIKNAS (2003) mengemukakan bahwa ketuntasan belajar siswa secara individual apabila terdapat daya serap > 75 dari suatu materi yang diajarkan. Menurut Isjoni (2003) instrumen penilaian adalah berupa tes. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi yang dicapai siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang dinyatakan dengan skor atau angka yang didapat dari serangkaian tes hasil belajar.
Hasil belajar (pengembangan kurikulum dan pembelajaran,2006) mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Secara umum hasil belajar dapat dipandang sebagai hasil perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, guru dan siswa terjun langsung dalam pembelajaran. Dengan kata lain terjadi interaksi secara langsung  antar guru dan siswa. Setelah proses belajar-mengajar berlangsung guru akan mengadakan tahap selanjutnya yaitu tahap evaluasi terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil dari evaluasi inilah yang merupakan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
Dalam Psikologi dan Pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan limgkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai dan pandangan dunia (Illeris,2000;Ormorod, 1995)
Sedangkan Nana Sudjana dalam Tulus Tu’un(2004:64) mengemukakan bahwa belajar adalah proses aktif. Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Tingkah laku sebagai hasil proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Berdasarkan pendapat ini, perubahan tingkah lakulah yang menjadi intisari hasil pembelajaran.
Hamalik (2004) mengemukakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku yang didapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan uraian di atas dapat  disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar kemudian dilakukan tes dan dinyatakan dalam bentuk angka atai skor.
Maka hasil belajar IPS yang dimaksut dalam penelitian ini didefinisikan sebagai hasil kegiatan dari belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 004 Talang Danto Kecamatan Tapung Hulu  Tahun Pelajaran 2018 /2019 dalam bentuk pengetahuan,dan sikap akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan terhadap materi pokok Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia melalui penerapan metode Tanya Jawab. Hasil belajar dalam bentuk pengetahuan dapat dilihat dari perolehan hasil tes belajar siswa dalam bentuk angka atau skor, sedangkan hasil belajar dalam bentuk sikap dapat dilihat dari lembar pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
A.  Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik  memiliki kemampuan sebagai berikut :
1.    Megenal konsep – konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan ligkungan
2.    Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,memcahkan masalah, den keterampilan dalam kehidupan sosial.
3.    Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.
4.    Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,  nasional, maupun global. (BSPN,2006:159)
Tujuan mata pelajaran IPS tersebutlah yang menyebabkan mata pelajaran IPS bukan lah mata pelajaran yang biasa saja, dan tidak mudah untuk di pelajari, dan pada akhir nya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran IPS. Ini berarti perlu ada “ Jembatan” yang dapat menghubungkan keilmuan IPS tetap terjaga dan IPS dapat lebih mudah untuk di pahami oleh peserta didik.
B.  Karakteristik Peserta Didik anak Usia SD
Perkembangan fisik dan intelektual anak usia 6 – 12 tahun nampaknya cenderung lamban. Pertumbuhan fisik anak menurun terus, kecuali pada akhir periode tersebut, sedangkan kecapan motorik terus membaik. Perubahan terlihat  kurang menonjol jika di bandingkan dengan usia permulaan. Akan tetapi perkembangan pada usia dini masih sangat signifikan. Perkembangan intelektual sangat subtansial, karena sifat egosentrik, anak menjadi lebih bersifat logis. Perkembangan yang terjadi menghasilkan adanya perbedan pada anak usia 6 dengan 12 tahun. Anak berusia 6 tahun nampak seperti anak kecil, sedangkan anak berusia 12 tahun nampak seperti orang dewasa (Mulyani sumantri:2011)
Tiga pendekatan perkembangan intelektual :menurut Jean Piaget : pertama menuliskan tentang tahapan operasi konkret, kedua, berbagai pendekatan yang difokuskan pada proses informasi terhadap peningkatan memori ( ingatan) dan komunikasiserta pemecahan masalah, dan ketiga, ukuran intelegensi untuk dapat memperkirakan kemampuan akademik. Ketiga pendekatan tersebut akan diamati sekaligus berkaitan dengan perkembangan moral dan perkembangan bahasanya. Setelah memperhatikan berbagai aspek sekolah termasuk bagaiamana sekolah mencoba memenuhi kebutuhan khusus bagi anak – anak yang cacat fisik amupun mentalnya.

2.      Metode Tanya Jawab
1.  Pengertian Metode Tanya Jawab
Menurut Roestiyah N.K (2002) metode tanya jawab adalah suatu tekhinik untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan siswa menjawab. Metode tanya jawab adalah metode belajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya, siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa (Nana Sudjana.2004).
Beberapa hal yang penting dilakukan dalam metode tanya jawab ini antara lain :
1.    Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab antara lain:
a.    Untuk mengetahui sampai dimana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
b.    Untuk merangsang siswa berfikir.
c.    Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum difahami.
2.    Jenis pertanyaan, pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni
pertanyaan ingatan dan pertanyaan fikiran.
a.    Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan dimana, berapa dan sejenisnya.
b.    Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan.
3.    Tekhnik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawab,
sangat bergantung kepada tekhnik guru dalam mengajukan pertanyaan. Hal pokok yang harus diperhatikan antara lain:
a.    Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan pada siswa.
b.    Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk menjawabnya.
c.    Beri kesempatan/waktu pada siswa untuk memikirkannya.
d.   Buatlah hasil ringkasan tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik.



2.  Langkah-langkah penggunaan Metode Tanya Jawab
Menurut Surahmad (1988)  langkah-langkah penggunakan metode tanya
jawab adalah :
-     Merumuskan tujuan tanya jawab.
-     Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
-     Menyimpulkan jawaban siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
-     Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada hal-hal  yang belum difahami.
-     Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan.
-     Menyimpulkan materi jawaban yang relevan.
-     Pemberian tugas atau ulangan harian.
3.  Keunggulan Metode Tanya Jawab
Didalam setiap metode pengajaran terdapat kelebihan atau keunggulan. Menurut Muansyah Ali Pandie (1984) keunggulan metode tanya jawab adalah :
a.    Situasi kelas menjadi hidup/dinamis karena siswa aktif berfikir dan memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
b.    Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat secara argumentatif dan bertanggung jawab.
c.    Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru yang dapat membawa kearah diskusi yang positif.
d.   Membangkitkan semangat belajar dan daya saing yang sehat diantara siswa.
e.    Dapat mengukur batas dan penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan .


4.  Hubungan Metode Tanya Jawab Dengan Hasil Belajar
Anita Lea comperative Learning, 2007 mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru dan kurikulum yang bersifat pasif. Teori sketmata menjelaskan bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan yang baru jadi, siswa sebagai peserta yang aktif.
Teori diatas dapat menjelaskan belajar pasif  kurang membantu siswa untuk mencapai hasil maksimal karena belajar pasif, siswa jadi tidak merasa dilibatkan dalam pembelajaran.
Metode tanya jawab merupakan salah satu dari banyaknya metode-metode mengajar yang bisa kita gunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ini memiliki keunggulan dan kelebihan. Dan penggunaannya juga harus sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang kita harapkan.
Untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), kendala utama yang dihadapi adalah siswa siswa tidak mampu bertanya, dan siswa juga tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Hal ini tentu berakibat tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan metode tanya jawab pada   pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Melalui metode tanya jawab siswa jadi lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Hal ini tentu bermamfaat sekali dalam meningkatkan semangat belajar. Yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

























BAB II
GAMBARAN KEADAAN

A.                     Keadaan Sekarang
            Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) diperlukan strategi khusus agar setiap konsep yang dibahas  dapat dimengerti atau difahami siswa. Pada kenyataan beberapa konsep IPS kurang dipahami siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil nilai belajar siswa kelas V SDN 004 Talang Danto Kecamatan Tapung Hulu . Hal ini terlihat dari penguasaan materi  IPS pada pelajaran sebelumnya nilai rata-rata yang diperoleh 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65. Agar siswa lebih aktif, tertarik dan mudah memahami pelajaran IPS,penulis merasa perlu melakukan Penelitian, yaitu melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Metode Tanya Jawab. Dengan menggunakan metode Tanya Jawab ini diharapkan siswa lebih akan lebih aktif, tertarik dan lebih mudah memahami pelajaran IPS terutama pokok bahasan Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia sehingga dapat meninngkatkan hasil belajar nya. Karena  Metode Tanya Jawab adalah adalah suatu tekhnik untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan siswa menjawab’’ (Menurut Roestiyah N.K (2002), maka metode ini dirasa lebih menarik.

B.                     Gambaran Keadaan Yang Diinginkan
Hasil belajar siswa  yang tuntas  dengan persentase 90 %. Rata – rata yang diperoleh yaitu  85. dan keberhasilan guru mencapai ketuntasan belajar  klasikal dengan persentase 85%. Tidak adalagi siswa yang belum mencapai KKM
1.    Aktifitas siswa
              Aktifitas siswa mengerjakan LKS dan  meningkatnya siswa yang berfikir kritis. Dengan demikian aktifitas siswa dinyatakan berhasil dengan aktifitas siswa yang meningkat.
2.         Aktifitas guru
Aktifitas guru meningkat.dalam hal ini guru sebagai organisator yaitu mengorganisasikan belajar,sehingga belajar lebih bermakna bagi siswa.




























BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

A.                Analisa Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu masih rendah, selanjutnya siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri juga rendah, siswa bekerja teliti dan rapi berjumlah juga rendah, dan siswa yang berpikir kritis juga rendah dan siswa yang menyelesaikan LKS juga rendah. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.

B.                Alternatif Penyelesaian Masalah

1.      Persiapan
  Dengan hasil refleksi yang dilakukan peneliti merencanakan tindakan perbaikan untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran yaitu menentukan kembali waktu pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP perbaikan untuk ,menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru.
2.      Pelaksanaan
a.       Senin, tanggal  23 Juli 2018
Kegiatan awal, guru memulai dengan mengucapkan salam, membimbing berdoa dan mengabsen siswa, pada pertemuan ini semua siswa hadir a, setelah mengabsen siswa guu melanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan sehari – hari yaitu Kenampakan Buatan di wilayah Indonesia. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah lalu mengenai Kenampakan Buatan di wilayah Indonesia. Pada kegiatan motivasi dan appersepsi seluruh siswa menjawab pertanyaan secara bersama – sama. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan tentang Kenampakan Buatan di wilayah Indonesia.
  Kegiatan inti, siswa maju kedepan kelas secara berpasangan dan bergantian untuk melakukan tanya jawab sekitar materi pelajaran dan siswa lain mengamati dan memperhatikan dengan teliti. Selanjutnya guru memberikan waktu kepada siswa untuk  bertanya, hal ini dimanfaatkan siswa unntuk bertanya tentang materi yang masih ragu dan belum di mengerti. Setelah proses tanya jawab selesai guru melanjutkan dengan memberikan lembar tugas siswa dan membimbing siswa secara menyeluruh dalam menyelesaikan LKS. Untuk menguji pemahaman siswa guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil tugasnya didepan kelas.
 
            Kegiatan inti, siswa dengan percaya diri saling berlomba – lomba secara berpasangan maju kedepan kelas untuk melakukan tanya jawab sekitar gambar Floran dan Fauna. Tanya jawab diamati dan ditanggapi oleh pasangan lainnya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa mulai terbiasa melontarkan pertanyaan – pertanyaan kepada guru mengenai  materi yang disajikan. Kemudian guru memberikan lembar tugas siswa dan membimbing siswa mengerjakan tugas. Secara bergantian siswa maju kedepan kelas untuk mempersentasikan hasil tugasnya didepan kelas.
            Kegiatan penutup, siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan, guru melakukan evaluasi dan PR kemudian pertemuan keempat ditutup dengan memberikan informasi kepada siswa tentang pelajaran yang akan datang.

3.             Pengamatan
          Hasil pengamatan pada pertemuan ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru yang ditandai dengan dan aktivitas siswa pada menunjukkan rasa ingin tahu, gigih dan teliti serta mengerjakan LKS sudah 100 %. pada berfikir ktiris peningkatan sebanyak  .
          Untuk aktivitas guru sudah mencapai nilai maksimal ditandai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah – langkah pembelajaran yang sesuai dengan metode tanya jawab pada IPS kelas V.
4.             Refleksi
            Dari data yang diperoleh pada pertemuan tersebut maka peneliti kembali merefleksikan hasil perbaikan yang diperoleh. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan aktivitas guru maka dapat disimpulkan peningkatan perbaikan pembelajaran menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran telah dilakukan dengan baik.




















BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A.    Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran  dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Tanya Jawab dapat meningkatkan Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 004 Talang Danto Kecamatan Tapung Hulu.

B.     Saran Tindak Lanjut
   Berdasarkan kesimpulan yang ada diatas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa antara lain.
a.       Menggunakan metode yang bervariasi yang sesuai dengan keadaan siswa.
b.      Memberi motivasi kepada siswa.
c.       Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
d.      Menciptakan keberanian siswa untuk mengajukan pendapat.















DAFTAR PUSTAKA

Anita lee. Comperative Learning, Jakarta, Grasindo 2007
BSNP.  (2006). Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentag Standar isi, BSNP. Jakarta
Dimyati  dan  Mutdjiono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, S . B. (2002) Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. (2004). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta : Bumi Aksara
Isjoni, Dkk (2006). Strategi Pembelajaran, Pekanbaru, Universitas Islam Riau
http://serjanaku.com / 2012/04/
Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara
Sudjana Nana, 1988. Dasar-dasar Proses Belajar, Jakarta, Bina Usaha
Surahmad Winarso, 1998, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung, Tarsita
Syah , Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakatra : Raja Grafindo Persada
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP, Yogyakarta, Pustaka Yustisia
Zaii Hisyam. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyajarta :CTSD


Saturday, August 11, 2018

MAKALAH UJIAN PENYESUAIN IJAZAH PNS S 1 (UJIAN PI)


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
 
Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika juga merupakan ilmu dasar (basic science), yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan dalam kehidupan sehari kita tak akan pernah terlepas dari matematika.
Sementara itu apabila kita melihat dilapangan pada kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminanti oleh siswa karena menurut mereka matematika  merupakan mata pelajaran sulit  sehingga minat mereka terhadap pelajaran ini sangat rendah sehingga penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat kurang.

B.            Identifikasi masalah
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal tidak bisa terlepas dari sarana dan prasarana diantanya adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal dan disekolah juga banyak dikembangkan disiplin ilmu guna untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Berhasil atau tidaknya suatu sekolah menciptakan manusia yang handal dapat dilihat dari hmutu pembelajaran, adapaun mutu pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi dalam artian secara umum siswa mencapai standar ketuntasan  minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.  Setelah penulis melihat kegiatan pembelajaran Matematika di SDN 001 Kasikan Tahun pelajaran 2018/2019 ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari gejala yang terjadi dilapangan. Masih ditemukannya berbagai masalah dalam interaksi pembelajaran, diantaranya disiplin belajar, minat belajar dan semua itu pasti berdampak terhadap hasil belajar siswa yang  mana pada saat ini masih kurang memuaskan. Dalam kegiatan  pembelajaran Matematika kelas V di SDN 001 Kasikan masih sering ditemukan siswa yang rebut, bercerita dengan teman sebangku pada saat proses pembelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas yang diberikan Guru, baik pada saat proses kegiatan belajar mengajar maupun tugas yang dikerjakan dirumah (PR),  dan tak jarang pula siswa mencontek pekerjaan temannya yang keseuanya itu mengakibatkan rendahnaya tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kelas V SDN 001 Kasikan dibawah rata-rata target ketercapaian. Masih ada sekitar 65 % siswa yang hasil belajarnya masih di bawah KKM yang diterapkan yaitu 65.

C.           Pembatasan masalah

Karena luasnya permasalahan oleh sebab itu penuli membatasi hanya pada peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun pelajaran 2018/2019.

D.           Defenisi Istilah

1.      Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukidin, dkk, (2010:19-21) PTK dapat berjalan dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menggunakan 6 prinsip sebagai berikut:
a.         Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b.        Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c.         Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakannya.
d.        Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru yang seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya.
e.         Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksaan PTK sejauh mungkin digunakan Classroom exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perpektif misi sekolah secara keseluruhan.

2.                  Hakikat Belajar
1.      Pengerian Belajar
Sebelum mengemukan pendapat para ahli  modern penulis terlebih dahulu ingin memaparkan pengertian belajar menurut teori lama dimana teori lama ini adalah dasar para ahli modern mengambil defenisi, adapun yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan pendapat modern mengatakan bahwa seseorang telah belajar sesuatu kalau padanya telah terjadi perubahan tertentu. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena seseorang itu telah belajar. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Dengan kata lain seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktifitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah manifestasinya yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku 
Definisi belajar menurut Muhinbisah (2003: 89) adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Menurut WJS. Purwerwadarmita (dalam Herlina) dalam kamus bahasa indonesia (2005:15) belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Setelah menganalisa pendapat para ahli diatas maka penulis mengimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau aktivitas pikiran dan perbuatan yang dilaksanakan secara terencana dan menghasilkan perubahan terhadap sifat individu.

2.      Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a.       Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b.      Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.       Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
d.       Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
e.       Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
.

3.                              Hakikat Matematika
Apabila kita tinjau dari segi bahasa, asal mula kata matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yang mengandung arti belajar (berpikir), kutipan dari Suherman, (2003:15).
Beberapa pengertian matematika yang didefinisikan oleh para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, pada hakekatnya prinsip dan tujuannya sama.
Menurut James (Suherman , 2003:16) matematika adalah:
”Ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, analisis dan geometri
Jonson dan Myclebust (Ilhamuddin, 2000:7) mengemukakan matematika adalah: Simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir
Johnson dan Rising (Suherman,2003:17) dalam bukunya menyatakan bahwa:
”Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembentukan yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan secara cermat, akurat dan jelas, representasinya dengan simbol dan padat lelah berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi
Menurut Hudoyo ( Ilhamuddin, 2007:6 ) memberikan batasan tentang pengertian matematika sebagai berikut:
            “Matematika adalah ilmu mengenai simbol-simbol dan hubungannya. Dan simbol-simbol penting untuk memanipulasi aturan-aturan  dengan operasi yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membuat konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Jadi kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut dengan kata lain ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan.

4.                  Pembelajaran Kooperatif
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Slavin (Isjoni, 2011:15)  In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwacooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran kooperatif sangat penting untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam belajar. Telah diketahui bahwa para siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Perbedaan ituah yang menyebabkan siswa bisa saling mencerdaskan. Hal ini berarti sumber bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Siswa merupakan makhluk individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Karena sifat individual itulah maka siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Para siswa harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi  dengan sesamanya. Hal ini berarti melalui pembelajaran kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
1.           Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
a.       Kesamaan tujuan
b.      Ketergantungan positif
2.           Manfaat Belajar Kooperatif
Pada kesempatan ini penulis juga menjabarkan manfaat dari belajar kooperatif adapun manfaat dari belajar kooperatif antara lain :
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Menumbuhkan sifat sosial dalam diri siswa
c.       Meningkatkan hubungan antara kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
d.      Meningkatkan rasa percaya diri, motifasi belajar, membina sifat kebersamaan, peduli kepada sesama, tenggang rasa, mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.
e.       Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berpikir.
f.       Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan .
g.      Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
h.      Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
3.           Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Namun demikian pembelajaran kooperatif tidaklah sistem pembelajran yang sempurna, pembelajaran kooperatif tetap memiliki keterbatasan adapun keterbatasan pembelajaran kooperatif yaitu :
a.       Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untu bekerja dalam tim.
b.      Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim.
c.       Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.      Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
e.       Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperati.
4.           Peran Guru Dalam Pembelajran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif juga tidak terlepas dari peranan seorang guru,  adapun peranan guru dalam pembelajaran secara kooperatif adalah:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran
b.      Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar
c.       Menentukan tempat duduk siswa
d.      Merancang bahan atau meningkatkan saling ketergantungan positif
e.       Menentukan peran siswa atau menunjang salng ketergantungan positif
f.       Menjelaskan tugas akademik
g.      Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan atau keharusan bekerja sama
h.      Menyusun kerja sama kelompok
i.        Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan
j.        Menyusun akuntabilitas kelompok
k.      Memantau perilaku siswa
l.        Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas
m.    Melakukan intervensi atau mengajarkan keterampilan bekerja sama
n.      Menutup pelajaran
o.      Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar
p.      Menilai kualitas bekerja sama antar anggota kelompok

Ibrahim M. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Ibrahim M, 2000:10)
Face
Tingkah Laku Guru
Face 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Face 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi pada siswa dengan metode ceramah.
Face 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Face 4
Membimbing kelompok dalam bekerjasama dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Face 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Face 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.



5.                  Tipe STAD
Diantara metode pembelajaran kooperatif yang ada metode pembelajaran  kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin beserta teman-temannya di Universitas John Hopkins merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.  Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang hanya beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku, memilki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.  Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.  Pembelajaran kooperatif tipe STAD   merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik.
            Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam Pembelajaran kooperatif tipe STAD, adapun tahapan terbut adalah tahap persiapan, presentasi kelas kegiatan kelompok, tes dan penghargaan.  Untuk lebih jelasnya akan diuaraikan sebagai berikut:
1.         Persiapan
     Sebelum kita memulai kegiatan terlebih dahulu kita melewati tahap persiapan, adapun hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini adalah materi pelajaran, membagi kedalam kelompok kooperatif, menentukan sifat dasar siswa bekerja dalam kelompok dan menentukan jadwal kegiatan.  STAD terdiri dari siklus kegiatan pembelajaran yaitu mengajar, belajar dalam kelompok , tes dan penghargaan kelompok. Sebelum menyajikan pembelajran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan dipelajari dalam kelompok kooperatif.  Dalam menentukan kelompok kooperatif ada tiga yang dilakukan yakni merangking siswa berdasarkan prestasi akademik di kelas, menentukan jumlah kelompok dan membagi siswa dalam kelompok.
2.         Presentasi Kelas
     Kegiatan pembelajaran tipe STAD dimulai dengan pendahuluan, menjelaskan materi dan latihan terbimbing.  Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, dan dijelaskan mengapa hal itu penting dipelajari.
3.         Kegiatan Kelompok
       Pada hari pertama kerja kelompok STAD, sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud kerja dalam kelompok dan sebelum memulai tetapkan peraturan dalam kelompok kooperatif.  Kegiatan ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
·         Membagi LKS dan materi pelajaran pada setiap kelompok,
·         Meminta anggota kelompok kooperatif bekerja sama,
·         Apabila ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal itu, teman satu kelompoknya ikut  bertanggung jawab.
·         Memberi penekanan pada siswa bahwa mereka tidak boleh mengahiri kegiatan belajar mengajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok mereka dapat menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan.
·         Memastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar bukan hanya diisi atau dikumpulkan.
·         Apabila siswa memiliki pertanyaan, guru meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan itu pada rekan satu kelompoknya sebelum mengajukan pada guru.
·         Pada saat siswa selesai bekerja dalam kelompok, guru hendaknya berkeliling dalam kelas dan memberikan pujian pada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara bergantian, duduk bersama  kelompok untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelommpok itu bekerja.
4.      Tes
                        Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes sekitar satu jam pelajaran.  Tes dikerjakan secara individu dan skor yang diperoleh siswa akan turut menyumbangkan skor kelompok.
5.      Penghargaan Kelompok
                 Setelah tes dilakukan, segera dihitung skor perkembangan individu dan skor kelompok dan kemudian menyerahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok skor tinggi.  Hal  ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa untuk melakukan yang terbaik.
            Menurut Slavin, menentukan skor perkembangan individu mengacu pada aturan sebagai berikut:

Kriteria
Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
0 poin
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar
10 poin
Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
30 poin
Pekerjaan sempurna (tampa memperhatikan skor dasar)
30 poin

Skor perkembangan individu akan menyumbangkan skor perkembangan kelompok.  Bredasarkan skor perkembangan kelompok akan diberikan penghargaan terhadap kelompok dengan 3 kategori tingkatan penghargaan yaitu:
a.       Jika 15 ˂ skor perkembangan kelompok ˂ maka dikategorikan kelompok baik,
b.      Jika 20 ≤ skor perkembangan kelompok ˂ 25 maka dikategorikan kelompok hebat,
c.       Jika skor perkembangan kelompok ≥ 25 maka dikategorikan kelompok super.
(Ndolili, 2008:15)






BAB II
GAMBARAN KEADAAN

A.                     Keadaan Sekarang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 28 orang, selanjutnya siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 25 orang, siswa bekerja teliti dan rapi berjumlah 25 orang, dan siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 32 orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.


B.                     Gambaran Keadaan Yang Diinginkan
Dengan diadakan perbaikan pembelajaran ini diharapkan seluruh siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu, menunjukkan sikap gigih, percaya diri, bekerja teliti dan rapi, berpikir kritis dan semua siswa menyelesaikan LKS. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan hendaknya melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan terlaksana dengan baik. Atau dengan kata lain semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memperoleh nilai individu diatas KKM yang telah ditentukan yakni 65.




BAB III
ANALISI DAN PEMECAHAN MASALAH

A.                Indentifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan  pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 28 orang, selanjutnya siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 25 orang, siswa bekerja teliti dan rapi berjumlah 25 orang, dan siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 32 orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.

B.                Alternatif Penyelesaian Masalah

a.       persiapan
Dengan melihat hasil refleksi yang dilakukan pada kegiatan sebelumnya maka peneliti  merencanakan tindakan perbaikan untuk diterapkan pada pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP perbaikan, menyusun lembar pengamatan siswa dan guru dan menyusun kisi-kisi UH.

b.      Pelaksanaan
pada hari Senin tanggal 23 Juli 2018
a)             Kegiatan awal siswa mengucapkan salam, berdoa bersama, Guru menabsen siswa, pada pertemuan ketiga ini semua siswa hadir yaitu sebanyak 36 orang. setelah mengabsen siswa guru memberikan pertanyaan sebagai bentuk apersepsi, semua siswa berusaha untuk menjawab. kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b)             Kegiatan inti, guru menjelaskan sekilas tentang materi yang akan dipelajari serta memberi informasi tentang kegiatan  yang akan dilakukan siswa. guru menkondisikan siswa menjadi enam kelompok. kemudian memberikan LKS dan memberikan tugas supaya siswa mendiskusikan serta mempresentasikan hasil diskusi tersebut ke depan kelas. kelompok lain diminta ntuk memberikan tanggapan. guru membimbing jalannya presentasi dan memberikan penguatan atas jawaban siswa.
c)             Kegiatan penutup, untuk menguji pemahaman siswa guru memberikan evaluasi pribadi yaitu mengerjakan LKS. akhirnya guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan.kemudian guru memberikan tugas rumah atau PR.
c.       Pengamatan
Hasil pengamatan pada kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru menunjukkan rasa ingin tahu, gigih, teliti dan mengerjakan LKS   100 %.
Untuk aktivitas guru sudah mencapai nilai maksimal ditandai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan metode kooperatif tipe STAD pada Matematika kelas V. Hal ini di buktikan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 36 Orang dengan persentase 100 %, Dengan keberhasilan guru dalam mencapai ketuntasan belajar klasikal 100 %.







BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A.                Simpulan
Setelah memperhatikan dan menganalisis nilai evaluasi maka perbaikan pembelajaran yang telah peneliti dilaksanakan  dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan operasi perkalian dan pembagian pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun pelajaran 2018/2019 karena nilai akhir pada penelitain ini mendapat persentase diatas 95 %.  .

B.                 Saran tindak lanjut
            Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada penelitian peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya  majelis guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak monoton dalam proses belajar mengajar.     












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Muchtar, dkk. (2011). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anggoro M. Toha, dkk. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah W. Sri, dkk. (2010). Strategi Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot, dkk. (2012). Pembelajaran matematika SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Satori Djam’an,dkk. (2012). Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Setiawan Budi. (2013). Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika  siswa kelas V SDN 010 Kasikan. Tapung Hulu.
Suryanto Adi, dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri Mulyani. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Takari Enjah. (2008). Penelitian tindakan kelas. Bandung : Genesindo.
Taufik A, Hera, L, Mikasa, Puji, L, Prianto. (2014). Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
 Tim FKIP. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2014). Teknik menulis karya Ilmiah. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.