BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Mata
pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan
nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan
lain. Matematika juga merupakan ilmu dasar (basic
science), yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi bahkan dalam kehidupan sehari kita tak akan pernah terlepas dari
matematika.
Sementara
itu apabila kita melihat dilapangan pada
kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminanti oleh siswa karena menurut mereka matematika merupakan mata pelajaran sulit sehingga
minat mereka terhadap pelajaran ini sangat rendah sehingga penguasaan siswa
terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat kurang.
B.
Identifikasi masalah
Untuk
menciptakan sumber daya manusia yang handal tidak bisa terlepas dari sarana dan
prasarana diantanya adalah sekolah. Sekolah
merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang handal dan disekolah juga banyak dikembangkan disiplin ilmu guna
untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Berhasil
atau tidaknya suatu sekolah menciptakan manusia yang handal dapat dilihat dari mutu
pembelajaran, adapaun mutu
pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi dalam artian secara
umum siswa mencapai standar ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Setelah penulis melihat
kegiatan pembelajaran Matematika di SDN 003 Sukaramai Tahun pelajaran 2018/2019
ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari gejala yang
terjadi dilapangan. Masih ditemukannya berbagai masalah dalam interaksi
pembelajaran, diantaranya disiplin belajar,
minat belajar dan semua itu pasti berdampak terhadap
hasil belajar siswa yang mana pada saat
ini masih kurang memuaskan.
Dalam kegiatan pembelajaran Matematika kelas V di SDN 003
Sukaramai masih sering ditemukan siswa
yang rebut, bercerita dengan teman sebangku pada saat proses pembelajaran berlangsung,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan Guru, baik pada saat
proses kegiatan belajar mengajar maupun tugas yang dikerjakan dirumah (PR), dan tak jarang pula siswa mencontek pekerjaan
temannya yang
keseuanya itu mengakibatkan rendahnaya
tingkat pemahaman siswa
tentang materi pelajaran, hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar
kelas
V SDN 003 Sukaramai dibawah rata-rata target ketercapaian. Masih ada sekitar 50 % siswa yang hasil
belajarnya masih di bawah KKM yang diterapkan yaitu 65.
C.
Pembatasan masalah
Karena
luasnya permasalahan oleh sebab itu penulis
membatasi hanya pada peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai
tahun pelajaran 2018/2019.
D.
Defenisi Istilah
1.
Hakikat
Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukidin, dkk, (2010:19-21) PTK dapat berjalan
dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menggunakan 6 prinsip
sebagai berikut:
a.
Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga
apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya
sebagai pengajar.
b.
Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c.
Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan
memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang
dikemukakannya.
d.
Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru yang seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukannya.
e.
Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksaan PTK sejauh mungkin digunakan Classroom exceeding
perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam
kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perpektif misi sekolah
secara keseluruhan.
2.
Hakikat
Belajar
1. Pengerian Belajar
Sebelum mengemukan pendapat para ahli modern penulis terlebih dahulu ingin
memaparkan pengertian belajar menurut teori lama dimana
teori lama ini adalah dasar para ahli modern mengambil defenisi, adapun yang dimaksud dengan
belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan pendapat modern
mengatakan bahwa seseorang
telah belajar sesuatu kalau padanya telah terjadi perubahan tertentu. Namun
tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena seseorang
itu telah belajar. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses
berpikir dan merasakan. Dengan kata lain seseorang dikatakan belajar bila
pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu).
Guru tidak dapat melihat aktifitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat
diamati guru ialah manifestasinya yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya
aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
Definisi belajar menurut
Muhinbisah (2003: 89) adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Menurut
WJS. Purwerwadarmita
(dalam Herlina) dalam kamus bahasa indonesia (2005:15) belajar adalah berusaha
(berlatih) supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Setelah
menganalisa pendapat para ahli diatas maka penulis mengimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses atau aktivitas pikiran dan perbuatan yang dilaksanakan
secara terencana dan menghasilkan perubahan terhadap sifat individu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a.
Pengetahuan, mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah,
teori, prinsip, atau metode.
b.
Pemahaman, mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup
kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah
kecil.
d.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu
pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
e.
Evaluasi, mencakup
kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
.
3.
Hakikat
Matematika
Apabila
kita tinjau dari segi bahasa, asal mula kata matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Perkataan mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,
yang mengandung arti belajar (berpikir), kutipan dari Suherman, (2003:15).
Beberapa pengertian matematika yang didefinisikan oleh
para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, pada hakekatnya prinsip
dan tujuannya sama.
Menurut James (Suherman , 2003:16) matematika adalah:
”Ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, analisis dan geometri
Jonson dan Myclebust (Ilhamuddin, 2000:7) mengemukakan matematika adalah: Simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir
Johnson dan Rising (Suherman,2003:17) dalam bukunya
menyatakan bahwa:
”Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan,
pembentukan yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan secara cermat, akurat dan jelas, representasinya dengan
simbol dan padat lelah berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi
Menurut Hudoyo ( Ilhamuddin, 2007:6 ) memberikan batasan
tentang pengertian matematika sebagai berikut:
“Matematika
adalah ilmu mengenai simbol-simbol dan hubungannya. Dan simbol-simbol penting
untuk memanipulasi aturan-aturan dengan
operasi yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu
memberikan keterangan untuk membuat konsep baru. Konsep baru terbentuk karena
adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu
konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Jadi kita harus memahami ide yang
terkandung dalam simbol tersebut dengan kata lain ide harus dipahami terlebih
dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan.
4.
Pembelajaran
Kooperatif
Hakikat
Model Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan
strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Slavin (Isjoni, 2011:15) In cooperative
learning methods, students work together in four member teams to master
material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwacooperative
learning atau
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari
beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling
bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Pembelajaran
kooperatif sangat penting untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam
belajar. Telah diketahui bahwa para siswa memiliki derajat potensi, latar
belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Perbedaan ituah
yang menyebabkan siswa bisa saling mencerdaskan. Hal ini berarti sumber bagi
siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Siswa
merupakan makhluk individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Karena sifat
individual itulah maka siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Para siswa
harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi
dengan sesamanya. Hal ini berarti melalui pembelajaran kooperatif dapat
dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang sama.
1.
Prinsip Utama
Pembelajaran Kooperatif
a.
Kesamaan tujuan
b.
Ketergantungan positif
2.
Manfaat Belajar
Kooperatif
Pada
kesempatan ini penulis juga menjabarkan manfaat dari belajar kooperatif adapun
manfaat dari belajar kooperatif antara lain :
a.
Meningkatkan hasil
belajar siswa
b.
Menumbuhkan sifat
sosial dalam diri siswa
c.
Meningkatkan hubungan
antara kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan
beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
d.
Meningkatkan rasa
percaya diri, motifasi belajar, membina sifat kebersamaan, peduli kepada
sesama, tenggang rasa, mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.
e.
Menumbuhkan realisasi
kebutuhan siswa untuk belajar berpikir.
f.
Memadukan dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan .
g.
Meningkatkan perilaku
dan kehadiran di kelas
h.
Relatif murah karena
tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
3.
Keterbatasan
Pembelajaran Kooperatif
Namun demikian
pembelajaran kooperatif tidaklah sistem pembelajran yang sempurna, pembelajaran
kooperatif tetap memiliki keterbatasan adapun keterbatasan pembelajaran
kooperatif yaitu :
a.
Memerlukan waktu yang cukup
bagi setiap siswa untu bekerja dalam tim.
b.
Memerlukan latihan agar
siswa terbiasa belajar dalam tim.
c.
Model belajar
kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.
Memerlukan format
penilaian belajar yang berbeda.
e.
Memerlukan kemampuan
khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperati.
4.
Peran Guru Dalam
Pembelajran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif juga tidak terlepas dari peranan seorang guru, adapun peranan guru dalam pembelajaran secara
kooperatif adalah:
a.
Merumuskan tujuan
pembelajaran
b.
Menentukan jumlah
anggota dalam kelompok belajar
c.
Menentukan tempat duduk
siswa
d.
Merancang bahan atau
meningkatkan saling ketergantungan positif
e.
Menentukan peran siswa
atau menunjang salng ketergantungan positif
f.
Menjelaskan tugas
akademik
g.
Menjelaskan kepada
siswa mengenai tujuan atau keharusan bekerja sama
h.
Menyusun kerja sama
kelompok
i.
Menjelaskan perilaku
siswa yang diharapkan
j.
Menyusun akuntabilitas
kelompok
k.
Memantau perilaku siswa
l.
Memberikan bantuan
kepada siswa dalam menyelesaikan tugas
m.
Melakukan intervensi
atau mengajarkan keterampilan bekerja sama
n.
Menutup pelajaran
o.
Menilai kualitas
pekerjaan atau hasil belajar
p.
Menilai kualitas
bekerja sama antar anggota kelompok
Ibrahim M.
Merumuskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Tabel 1.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Ibrahim M, 2000:10)
Face
|
Tingkah
Laku Guru
|
Face 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa untuk belajar.
|
Face 2
Menyajikan informasi
|
Guru
menyajikan informasi pada siswa dengan metode ceramah.
|
Face 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Face 4
Membimbing kelompok dalam bekerjasama dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Face 5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Face 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
5.
Tipe STAD
Diantara metode
pembelajaran kooperatif yang ada metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh
Robert Slavin beserta teman-temannya di Universitas John Hopkins merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar yang hanya beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku, memilki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
isi akademik.
Ada beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam Pembelajaran kooperatif tipe STAD, adapun tahapan terbut adalah tahap
persiapan, presentasi kelas kegiatan kelompok, tes dan penghargaan. Untuk lebih jelasnya akan diuaraikan sebagai
berikut:
1.
Persiapan
Sebelum kita memulai kegiatan terlebih
dahulu kita melewati tahap persiapan, adapun hal-hal yang dipersiapkan pada
tahap ini adalah materi pelajaran, membagi kedalam kelompok kooperatif,
menentukan sifat dasar siswa bekerja dalam kelompok dan menentukan jadwal
kegiatan. STAD terdiri dari siklus
kegiatan pembelajaran yaitu mengajar, belajar dalam kelompok , tes dan penghargaan
kelompok. Sebelum menyajikan pembelajran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan
dipelajari dalam kelompok kooperatif.
Dalam menentukan kelompok kooperatif ada tiga yang dilakukan yakni
merangking siswa berdasarkan prestasi akademik di kelas, menentukan jumlah
kelompok dan membagi siswa dalam kelompok.
2.
Presentasi Kelas
Kegiatan pembelajaran tipe STAD dimulai
dengan pendahuluan, menjelaskan materi dan latihan terbimbing. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang
akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, dan dijelaskan mengapa hal itu penting
dipelajari.
3.
Kegiatan Kelompok
Pada hari pertama kerja kelompok STAD, sebaiknya guru
menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud kerja dalam kelompok dan sebelum
memulai tetapkan peraturan dalam kelompok kooperatif. Kegiatan ini dilaksanakan dengan prosedur
sebagai berikut:
·
Membagi
LKS dan materi pelajaran pada setiap kelompok,
·
Meminta
anggota kelompok kooperatif bekerja sama,
·
Apabila
ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal itu, teman satu kelompoknya
ikut bertanggung jawab.
·
Memberi
penekanan pada siswa bahwa mereka
tidak
boleh mengahiri kegiatan belajar mengajar sampai mereka yakin bahwa seluruh
anggota kelompok mereka dapat menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan.
·
Memastikan
siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar bukan hanya diisi atau dikumpulkan.
·
Apabila
siswa memiliki pertanyaan, guru meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan itu
pada rekan satu kelompoknya sebelum mengajukan pada guru.
·
Pada
saat siswa selesai bekerja dalam kelompok, guru hendaknya berkeliling dalam
kelas dan memberikan pujian pada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara
bergantian, duduk bersama kelompok untuk
memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelommpok itu bekerja.
4.
Tes
Waktu yang digunakan
untuk mengerjakan tes sekitar satu jam pelajaran. Tes dikerjakan secara individu dan skor yang
diperoleh siswa akan turut menyumbangkan skor kelompok.
5.
Penghargaan Kelompok
Setelah tes dilakukan, segera dihitung skor
perkembangan individu dan skor kelompok dan kemudian menyerahkan penghargaan
kepada kelompok-kelompok skor tinggi.
Hal ini dapat menjadi motivasi
tersendiri bagi siswa untuk melakukan yang terbaik.
Menurut Slavin, menentukan skor
perkembangan individu mengacu pada aturan sebagai berikut:
Kriteria
|
Nilai
Perkembangan
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
|
0 poin
|
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar
|
10 poin
|
Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar
|
20 poin
|
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
|
30 poin
|
Pekerjaan sempurna (tampa memperhatikan skor dasar)
|
30 poin
|
Skor
perkembangan individu akan menyumbangkan skor perkembangan kelompok. Bredasarkan skor perkembangan kelompok akan
diberikan penghargaan terhadap kelompok dengan 3 kategori tingkatan penghargaan
yaitu:
a.
Jika 15 ˂ skor
perkembangan kelompok ˂ maka dikategorikan kelompok baik,
b.
Jika 20 ≤ skor
perkembangan kelompok ˂ 25 maka dikategorikan kelompok hebat,
c.
Jika skor perkembangan
kelompok ≥ 25 maka dikategorikan kelompok super.
(Ndolili,
2008:15)
BAB II
GAMBARAN KEADAAN
A.
Keadaan Sekarang
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada langkah-langkah
pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian
aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan
perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 10 orang, selanjutnya siswa yang
menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 15 orang, siswa bekerja teliti
dan rapi berjumlah 5 orang,
dan
siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 20
orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu melaksanakan
kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum
tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa
dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum terlaksana dengan baik.
B.
Gambaran Keadaan Yang
Diinginkan
Dengan diadakan
perbaikan pembelajaran ini diharapkan seluruh siswa yang menunjukan perhatian
dan rasa ingin tahu, menunjukkan
sikap gigih, percaya diri, bekerja teliti dan rapi, berpikir kritis dan semua
siswa menyelesaikan LKS. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan hendaknya
melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti
melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya
dan terlaksana dengan baik. Atau dengan kata lain semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan memperoleh nilai individu diatas KKM yang telah
ditentukan yakni 65.
BAB III
ANALISI DAN PEMECAHAN
MASALAH
A.
Analisis
Masalah
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada langkah-langkah
pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian
aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang
menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 10 orang, selanjutnya siswa yang
menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 15 orang, siswa bekerja teliti
dan rapi berjumlah 5 orang,
dan
siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 20
orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus
guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada
kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang
merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum
terlaksana dengan baik.
B.
Alternatif Penyelesaian
Masalah
a.
persiapan
Dengan melihat hasil refleksi yang
dilakukan pada kegiatan sebelumnya maka peneliti merencanakan tindakan perbaikan untuk
diterapkan pada pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP perbaikan, menyusun lembar
pengamatan siswa dan guru dan menyusun kisi-kisi UH.
b.
Pelaksanaan
pada
hari Senin tanggal 12
November 2018
a)
Kegiatan awal siswa
mengucapkan salam, berdoa
bersama, Guru menabsen siswa, pada pertemuan ketiga
ini semua siswa hadir yaitu sebanyak 32 orang. setelah mengabsen siswa
guru memberikan pertanyaan sebagai bentuk apersepsi, semua siswa berusaha
untuk menjawab. kemudian
dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b)
Kegiatan inti, guru menjelaskan
sekilas tentang materi yang akan dipelajari serta memberi informasi tentang
kegiatan yang akan dilakukan siswa. guru menkondisikan siswa menjadi enam kelompok. kemudian memberikan
LKS dan memberikan tugas supaya siswa mendiskusikan serta mempresentasikan
hasil diskusi tersebut ke depan kelas. kelompok lain diminta ntuk memberikan
tanggapan. guru membimbing jalannya presentasi dan memberikan penguatan atas
jawaban siswa.
c)
Kegiatan penutup, untuk
menguji pemahaman siswa guru memberikan evaluasi pribadi yaitu mengerjakan LKS.
akhirnya guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diajarkan.kemudian guru memberikan tugas rumah atau PR.
c.
Pengamatan
Hasil pengamatan pada kegiatan ini menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru menunjukkan
rasa ingin tahu, gigih, teliti dan mengerjakan
LKS 100 %.
Untuk aktivitas guru sudah mencapai
nilai maksimal ditandai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
yang sesuai dengan metode kooperatif tipe STAD pada Matematika kelas V. Hal ini
di buktikan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 36 Orang dengan persentase
100 %, Dengan keberhasilan guru dalam mencapai ketuntasan belajar klasikal 100
%.
BAB
IV
SIMPULAN DAN SARAN
SERTA TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Setelah
memperhatikan dan menganalisis nilai evaluasi maka perbaikan pembelajaran yang
telah peneliti dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan operasi perkalian dan pembagian pecahan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai tahun pelajaran 2018/2019 karena nilai
akhir pada penelitain ini mendapat persentase diatas 95 %. .
B.
Saran
tindak lanjut
Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada
penelitian peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 003 Sukaramai tahun
pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ternyata
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guna untuk meningkatkan
hasil belajar siswa hendaknya majelis
guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dan membawa siswa untuk
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak monoton dalam proses
belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Karim Muchtar, dkk. (2011). Pendidikan Matematika 2. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Anggoro
M. Toha, dkk. (2010). Metode Penelitian.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah
W. Sri, dkk. (2010). Strategi
Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka
Muhsetyo
Gatot, dkk. (2012). Pembelajaran matematika SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Satori
Djam’an,dkk. (2012). Profesi Keguruan.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Suryanto
Adi, dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumantri
Mulyani. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Takari
Enjah. (2008). Penelitian tindakan kelas. Bandung : Genesindo.
Taufik
A, Hera, L, Mikasa, Puji, L, Prianto. (2014). Pendidikan Anak di SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Tim FKIP. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani
I.G.A.K, dkk. (2014). Teknik menulis karya Ilmiah. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Wardani
I.G.A.K, dkk. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka.
No comments:
Post a Comment