BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Mata
pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan
nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan
lain. Matematika juga merupakan ilmu dasar (basic
science), yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi bahkan dalam kehidupan sehari kita tak akan pernah terlepas dari
matematika.
Sementara
itu apabila kita melihat dilapangan pada kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminanti oleh siswa karena menurut mereka matematika merupakan mata pelajaran sulit sehingga
minat mereka terhadap pelajaran ini sangat rendah sehingga penguasaan siswa
terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat kurang.
B.
Identifikasi masalah
Untuk
menciptakan sumber daya manusia yang handal tidak bisa terlepas dari sarana dan
prasarana diantanya adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menciptakan
sumber daya manusia yang handal dan disekolah juga banyak dikembangkan disiplin
ilmu guna untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Berhasil
atau tidaknya suatu sekolah menciptakan manusia yang handal dapat dilihat dari
hmutu pembelajaran, adapaun mutu
pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi dalam artian secara
umum siswa mencapai standar ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Setelah penulis melihat
kegiatan pembelajaran Matematika di SDN 001 Kasikan Tahun pelajaran 2018/2019
ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari gejala yang
terjadi dilapangan. Masih ditemukannya berbagai masalah dalam interaksi
pembelajaran, diantaranya disiplin belajar, minat belajar dan semua itu pasti
berdampak terhadap hasil belajar siswa yang mana pada saat ini masih kurang memuaskan. Dalam kegiatan pembelajaran Matematika kelas V di SDN 001
Kasikan masih sering ditemukan siswa yang rebut, bercerita dengan teman sebangku pada saat proses pembelajaran
berlangsung, tidak
mengerjakan tugas yang diberikan Guru, baik pada saat proses kegiatan belajar
mengajar maupun tugas yang dikerjakan dirumah (PR), dan tak jarang pula siswa mencontek pekerjaan
temannya yang
keseuanya itu mengakibatkan rendahnaya
tingkat pemahaman siswa
tentang materi pelajaran, hal
ini dapat
dilihat dari hasil belajar kelas
V SDN 001 Kasikan dibawah rata-rata target ketercapaian. Masih ada sekitar 65 %
siswa yang hasil belajarnya masih di bawah KKM yang diterapkan yaitu 65.
C.
Pembatasan masalah
Karena
luasnya permasalahan oleh sebab itu penuli membatasi hanya pada peningkatan
hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun pelajaran 2018/2019.
D.
Defenisi Istilah
1.
Hakikat
Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukidin, dkk, (2010:19-21) PTK dapat berjalan
dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menggunakan 6 prinsip
sebagai berikut:
a.
Tugas pertama
dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode PTK yang
akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b.
Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru
sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c.
Metodologi yang
digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi
serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang
dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan memperoleh data yang dapat
digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakannya.
d.
Masalah
penelitian yang diusahakan oleh guru yang seharusnya merupakan masalah yang
cukup merisaukannya.
e.
Dalam
menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian
tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksaan PTK sejauh mungkin digunakan Classroom exceeding
perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam
kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perpektif misi sekolah secara
keseluruhan.
2.
Hakikat
Belajar
1. Pengerian Belajar
Sebelum mengemukan pendapat para ahli modern penulis terlebih dahulu ingin
memaparkan pengertian belajar menurut teori lama dimana teori lama ini adalah dasar para ahli modern mengambil defenisi,
adapun yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan mengumpulkan
pengetahuan. Sedangkan pendapat modern mengatakan bahwa seseorang telah belajar sesuatu kalau
padanya telah terjadi perubahan tertentu. Namun tidak semua perubahan yang
terjadi pada diri seseorang terjadi karena seseorang itu telah belajar. Belajar
adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Dengan
kata lain seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, tetapi
terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat
melihat aktifitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah
manifestasinya yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan
perasaan pada diri siswa tersebut.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
Definisi belajar menurut Muhinbisah
(2003: 89) adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran.
Menurut
WJS. Purwerwadarmita (dalam Herlina)
dalam kamus bahasa indonesia (2005:15) belajar adalah berusaha (berlatih)
supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Setelah
menganalisa pendapat para ahli diatas maka penulis mengimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses atau aktivitas pikiran dan perbuatan yang dilaksanakan
secara terencana dan menghasilkan perubahan terhadap sifat individu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan
bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam
jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a.
Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan
tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b.
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap
arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
d.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu
pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
e.
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya,
kemampuan menilai hasil ulangan.
.
3.
Hakikat
Matematika
Apabila
kita tinjau dari segi bahasa, asal mula kata matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Perkataan mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,
yang mengandung arti belajar (berpikir), kutipan dari Suherman, (2003:15).
Beberapa pengertian matematika yang didefinisikan oleh
para ahli dengan rumusan dan redaksi kalimat yang berbeda, pada hakekatnya
prinsip dan tujuannya sama.
Menurut James (Suherman , 2003:16) matematika adalah:
”Ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, analisis dan geometri
Jonson dan Myclebust (Ilhamuddin, 2000:7) mengemukakan matematika adalah: Simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir
Johnson dan Rising (Suherman,2003:17) dalam bukunya
menyatakan bahwa:
”Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan,
pembentukan yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan secara cermat, akurat dan jelas, representasinya dengan
simbol dan padat lelah berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi
Menurut Hudoyo ( Ilhamuddin, 2007:6 ) memberikan batasan
tentang pengertian matematika sebagai berikut:
“Matematika
adalah ilmu mengenai simbol-simbol dan hubungannya. Dan simbol-simbol penting
untuk memanipulasi aturan-aturan dengan
operasi yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu
memberikan keterangan untuk membuat konsep baru. Konsep baru terbentuk karena
adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu
konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Jadi kita harus memahami ide yang
terkandung dalam simbol tersebut dengan kata lain ide harus dipahami terlebih
dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan.
4.
Pembelajaran
Kooperatif
Hakikat Model
Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan
strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Slavin (Isjoni, 2011:15) In cooperative
learning methods, students work together in four member teams to master
material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwacooperative
learning atau
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari
beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling
bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Pembelajaran
kooperatif sangat penting untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam
belajar. Telah diketahui bahwa para siswa memiliki derajat potensi, latar
belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Perbedaan ituah
yang menyebabkan siswa bisa saling mencerdaskan. Hal ini berarti sumber bagi
siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Siswa
merupakan makhluk individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Karena sifat
individual itulah maka siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Para siswa
harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi
dengan sesamanya. Hal ini berarti melalui pembelajaran kooperatif dapat
dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang sama.
1.
Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
a.
Kesamaan tujuan
b.
Ketergantungan positif
2.
Manfaat Belajar Kooperatif
Pada kesempatan
ini penulis juga menjabarkan manfaat dari belajar kooperatif adapun manfaat
dari belajar kooperatif antara lain :
a.
Meningkatkan hasil belajar siswa
b.
Menumbuhkan sifat sosial dalam diri
siswa
c.
Meningkatkan hubungan antara kelompok,
memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman
satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
d.
Meningkatkan rasa percaya diri, motifasi
belajar, membina sifat kebersamaan, peduli kepada sesama, tenggang rasa,
mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.
e.
Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa
untuk belajar berpikir.
f.
Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan .
g.
Meningkatkan perilaku dan kehadiran di
kelas
h.
Relatif murah karena tidak memerlukan
biaya khusus untuk menerapkannya.
3.
Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Namun demikian pembelajaran
kooperatif tidaklah sistem pembelajran yang sempurna, pembelajaran kooperatif
tetap memiliki keterbatasan adapun keterbatasan pembelajaran kooperatif yaitu :
a.
Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap
siswa untu bekerja dalam tim.
b.
Memerlukan latihan agar siswa terbiasa
belajar dalam tim.
c.
Model belajar kooperatif yang diterapkan
harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.
Memerlukan format penilaian belajar yang
berbeda.
e.
Memerlukan kemampuan khusus bagi guru
untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperati.
4.
Peran Guru Dalam Pembelajran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif juga tidak terlepas dari peranan seorang guru, adapun peranan guru dalam pembelajaran secara
kooperatif adalah:
a.
Merumuskan tujuan pembelajaran
b.
Menentukan jumlah anggota dalam kelompok
belajar
c.
Menentukan tempat duduk siswa
d.
Merancang bahan atau meningkatkan saling
ketergantungan positif
e.
Menentukan peran siswa atau menunjang
salng ketergantungan positif
f.
Menjelaskan tugas akademik
g.
Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan
atau keharusan bekerja sama
h.
Menyusun kerja sama kelompok
i.
Menjelaskan perilaku siswa yang
diharapkan
j.
Menyusun akuntabilitas kelompok
k.
Memantau perilaku siswa
l.
Memberikan bantuan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugas
m.
Melakukan intervensi atau mengajarkan
keterampilan bekerja sama
n.
Menutup pelajaran
o.
Menilai kualitas pekerjaan atau hasil
belajar
p.
Menilai kualitas bekerja sama antar
anggota kelompok
Ibrahim M. Merumuskan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Tabel 1.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Ibrahim M, 2000:10)
Face
|
Tingkah Laku Guru
|
Face 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
|
Face 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi pada siswa dengan metode ceramah.
|
Face 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Face 4
Membimbing kelompok dalam
bekerjasama dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
|
Face 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Face 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
|
5.
Tipe
STAD
Diantara metode pembelajaran
kooperatif yang ada metode
pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
yang dikembangkan oleh Robert Slavin beserta teman-temannya di Universitas John
Hopkins merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar yang hanya beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku, memilki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
isi akademik.
Ada beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam Pembelajaran kooperatif tipe STAD, adapun tahapan terbut adalah tahap
persiapan, presentasi kelas kegiatan kelompok, tes dan penghargaan. Untuk lebih jelasnya akan diuaraikan sebagai
berikut:
1.
Persiapan
Sebelum kita memulai kegiatan terlebih
dahulu kita melewati tahap persiapan, adapun hal-hal yang dipersiapkan pada
tahap ini adalah materi pelajaran, membagi kedalam kelompok kooperatif,
menentukan sifat dasar siswa bekerja dalam kelompok dan menentukan jadwal
kegiatan. STAD terdiri dari siklus
kegiatan pembelajaran yaitu mengajar, belajar dalam kelompok , tes dan
penghargaan kelompok. Sebelum menyajikan pembelajran dibuat lembar kegiatan
siswa yang akan dipelajari dalam kelompok kooperatif. Dalam menentukan kelompok kooperatif ada tiga
yang dilakukan yakni merangking siswa berdasarkan prestasi akademik di kelas,
menentukan jumlah kelompok dan membagi siswa dalam kelompok.
2.
Presentasi Kelas
Kegiatan pembelajaran tipe STAD dimulai
dengan pendahuluan, menjelaskan materi dan latihan terbimbing. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang
akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, dan dijelaskan mengapa hal itu
penting dipelajari.
3.
Kegiatan Kelompok
Pada
hari pertama kerja kelompok STAD, sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu apa
yang dimaksud kerja dalam kelompok dan sebelum memulai tetapkan peraturan dalam
kelompok kooperatif. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
·
Membagi
LKS dan materi pelajaran pada setiap kelompok,
·
Meminta
anggota kelompok kooperatif bekerja sama,
·
Apabila
ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal itu, teman satu kelompoknya
ikut bertanggung jawab.
·
Memberi
penekanan pada siswa bahwa mereka
tidak
boleh mengahiri kegiatan belajar mengajar sampai mereka yakin bahwa seluruh
anggota kelompok mereka dapat menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan.
·
Memastikan
siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar bukan hanya diisi atau dikumpulkan.
·
Apabila
siswa memiliki pertanyaan, guru meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan itu
pada rekan satu kelompoknya sebelum mengajukan pada guru.
·
Pada
saat siswa selesai bekerja dalam kelompok, guru hendaknya berkeliling dalam
kelas dan memberikan pujian pada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara
bergantian, duduk bersama kelompok untuk
memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelommpok itu bekerja.
4.
Tes
Waktu yang digunakan
untuk mengerjakan tes sekitar satu jam pelajaran. Tes dikerjakan secara individu dan skor yang
diperoleh siswa akan turut menyumbangkan skor kelompok.
5.
Penghargaan Kelompok
Setelah
tes dilakukan, segera dihitung skor perkembangan individu dan skor kelompok dan
kemudian menyerahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok skor tinggi. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi
siswa untuk melakukan yang terbaik.
Menurut Slavin, menentukan skor
perkembangan individu mengacu pada aturan sebagai berikut:
Kriteria
|
Nilai Perkembangan
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
|
0 poin
|
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar
|
10 poin
|
Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar
|
20 poin
|
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
|
30 poin
|
Pekerjaan sempurna (tampa memperhatikan skor dasar)
|
30 poin
|
Skor
perkembangan individu akan menyumbangkan skor perkembangan kelompok. Bredasarkan skor perkembangan kelompok akan
diberikan penghargaan terhadap kelompok dengan 3 kategori tingkatan penghargaan
yaitu:
a.
Jika 15 ˂ skor perkembangan kelompok ˂
maka dikategorikan kelompok baik,
b.
Jika 20 ≤ skor perkembangan kelompok ˂
25 maka dikategorikan kelompok hebat,
c.
Jika skor perkembangan kelompok ≥ 25
maka dikategorikan kelompok super.
(Ndolili,
2008:15)
BAB II
GAMBARAN KEADAAN
A.
Keadaan Sekarang
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan pada langkah-langkah
pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian
aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan
perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 28 orang, selanjutnya
siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 25 orang, siswa bekerja teliti dan rapi
berjumlah 25 orang, dan
siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 32
orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus
guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada
kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang
merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum
terlaksana dengan baik.
B.
Gambaran Keadaan Yang Diinginkan
Dengan diadakan
perbaikan pembelajaran ini diharapkan seluruh siswa yang menunjukan perhatian
dan rasa ingin tahu, menunjukkan
sikap gigih, percaya diri, bekerja teliti dan rapi, berpikir kritis dan semua
siswa menyelesaikan LKS. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan hendaknya
melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti
melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya
dan terlaksana dengan baik. Atau dengan kata lain semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan memperoleh nilai individu diatas KKM yang telah
ditentukan yakni 65.
BAB III
ANALISI DAN PEMECAHAN
MASALAH
A.
Indentifikasi Masalah
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan pada langkah-langkah
pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan inti hingga penutup untuk penilaian
aktifitas siswa menunjukan minat belajar siswa rendah, karena siswa yang menunjukan
perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 28 orang, selanjutnya
siswa yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 25 orang, siswa bekerja teliti dan rapi
berjumlah 25 orang, dan
siswa yang berpikir kritis 2 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS sebanyak 32
orang. Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil pengamatan yaitu pada Prasiklus
guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan dengan baik dan maksimal. pada
kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru belum melakukan pembimbingan yang
merata terhadap siswa dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatan inti belum
terlaksana dengan baik.
B.
Alternatif Penyelesaian Masalah
a.
persiapan
Dengan melihat hasil refleksi yang dilakukan pada kegiatan
sebelumnya maka peneliti merencanakan
tindakan perbaikan untuk diterapkan pada pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP
perbaikan, menyusun
lembar pengamatan siswa dan guru dan menyusun kisi-kisi UH.
b.
Pelaksanaan
pada hari Senin tanggal 23 Juli 2018
a)
Kegiatan awal siswa mengucapkan salam, berdoa bersama, Guru menabsen siswa, pada pertemuan ketiga ini semua
siswa hadir yaitu sebanyak 36 orang.
setelah
mengabsen siswa guru memberikan pertanyaan sebagai bentuk apersepsi, semua siswa berusaha untuk
menjawab. kemudian
dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b)
Kegiatan inti, guru menjelaskan sekilas tentang
materi yang akan dipelajari serta memberi informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa. guru menkondisikan siswa menjadi enam kelompok. kemudian memberikan LKS dan
memberikan tugas supaya siswa mendiskusikan serta mempresentasikan hasil
diskusi tersebut ke depan kelas. kelompok lain diminta ntuk memberikan
tanggapan. guru membimbing jalannya presentasi dan memberikan penguatan atas
jawaban siswa.
c)
Kegiatan penutup, untuk menguji
pemahaman siswa guru memberikan evaluasi pribadi yaitu mengerjakan LKS.
akhirnya guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang
diajarkan.kemudian guru memberikan tugas rumah atau PR.
c.
Pengamatan
Hasil pengamatan pada kegiatan ini menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru menunjukkan
rasa ingin tahu, gigih, teliti dan mengerjakan LKS 100 %.
Untuk aktivitas guru sudah mencapai nilai maksimal
ditandai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai
dengan metode kooperatif tipe STAD pada Matematika kelas V. Hal ini di buktikan
dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 36 Orang dengan persentase 100 %,
Dengan keberhasilan guru dalam mencapai ketuntasan belajar klasikal 100 %.
BAB
IV
SIMPULAN DAN SARAN
SERTA TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Setelah
memperhatikan dan menganalisis nilai evaluasi maka perbaikan pembelajaran yang
telah peneliti dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan operasi perkalian dan pembagian pecahan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SDN 001
Kasikan
tahun pelajaran 2018/2019 karena nilai akhir pada penelitain ini mendapat
persentase diatas 95 %. .
B.
Saran
tindak lanjut
Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada
penelitian peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun
pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ternyata
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guna untuk meningkatkan
hasil belajar siswa hendaknya majelis
guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dan membawa siswa untuk
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak monoton dalam proses
belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Karim Muchtar, dkk. (2011). Pendidikan Matematika 2. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Anggoro
M. Toha, dkk. (2010). Metode Penelitian.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah
W. Sri, dkk. (2010). Strategi
Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka
Muhsetyo
Gatot, dkk. (2012). Pembelajaran matematika SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Satori
Djam’an,dkk. (2012). Profesi Keguruan.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Setiawan
Budi. (2013). Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas V
SDN 010 Kasikan. Tapung Hulu.
Suryanto
Adi, dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumantri
Mulyani. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Takari
Enjah. (2008). Penelitian tindakan kelas. Bandung : Genesindo.
Taufik
A, Hera, L, Mikasa, Puji, L, Prianto. (2014). Pendidikan Anak di SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Tim FKIP. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani
I.G.A.K, dkk. (2014). Teknik menulis karya Ilmiah. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Wardani
I.G.A.K, dkk. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka.
No comments:
Post a Comment